Pertemuan VII

( 26 September 2014 )



Monisme

Aliran yangg menolak pandangan bahwa badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah. Badan dan jiwa adalah satu substansi. Keduanya satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia.


Tiga Bentuk Aliran:

  • Materialisme
Menempatkan materi sebagai dasar bagi segala hal yang ada (fisikalisme). Manusia juga bersumber pada materi. Manusia tidak pernah melampaui potensi jasmaninya. Jiwa tidak punya eksistensi sendiri. Jiwa bersumber dari materi. Eksistensi jiwa bersifat kronologis (hasil hubungan sebab akibat). Reduksi humanitas pada dimensi fisik punya implikasi negatif pada penilaian atas aktivitas mental.
  • Teori Identitas 
Menekankan hal berbeda dari materialisme, tapi mengakui aktivitas mental manusia. Ini menjadi ciri khas manusia. Letak perbedaan jiwa dan badan hanya pada arti bukan referensi. Badan dan jiwa merupakan dua elemen yang sama.

  • Idealisme 
Ada hal yang tidak dapat diterangkan semata berdasarkan materi, seperti pengalaman, nilai dan makna. Itu hanya punya arti bila dihubungkan dengan sesuatu yang imaterial yaitu jiwa. Rene Descartes dengan cogito ergo sumnya menjadi peletak dasar dari idealisme.



Dualisme

Badan dan jiwa adalah dua elemen yang berbeda dan terpisah, perbedaannya ada dalam pengertian dan objek.


Empat Cabang Dualisme:

  • Interaksionisme fokus pada hubungan timbal balik antara badan dan jiwa. Peristiwa mental bisa menyebabkan peristiwa badani dan sebaliknya.
  • Okkasionalisme memasukkan dimensi ilahi dalam membicarakan hubungan badan dan jiwa. Hubungan peristiwa mental dan fisik bisa terjadi dengan campur tangan ilahi.
  • Paralelisme adalah sistem kejadian ragawi terdapat di alam, sedangkan sistem kejadian kejiwaan ada pada jiwa manusia. Dalam diri manusia ada dua peristiwa yang berjalan seiring yaitu peristiwa mental dan fisik, namun satu tidak jadi sumber bagi lainnya.
  • Epifenomenalisme yakni melihat hubungan jiwa dan badan dari fungsi syaraf. Satu-satunya unsur untuk menyelidiki proses kejiwaan adalah syaraf.



Badan Manusia


Elemen mendasar dalam membentuk pribadi manusia. 
Menurut pandangan tradisional bada adalah kumpulan berbagai entitas material yang membentuk makluk. Mekanisme gerakan badan bersifat mekanistik. Pandangan ini tdk memberikan pandangan utuh tentang manusia. Badan harus dimengerti melebihi dimensi fisik. Badan menyangkut keakuan. 
Membicarakan tubuh adalah membicarakan diri  (Gabriel Marcel).
Hakekat badan bukan pertama-tama terletak pada dimensi materialnya, tapi dalam seluruh aktivitas entitas yang terjadi dalam badan: tertawa, menangis, berjalan, lari, duduk, dll.



Jiwa Manusia

Badan manusia tidak memiliki apa-apa tanpa jiwa. Tidak ada keakuan bila dilepaskan dari jiwa. Dalam pandangan tradisional jiwa – makluk halus, tidak bisa ditangkap indera. Konsep ini menempatkan jiwa di luar hakekat manusia. Ini ditolak. Jiwa harus dipahami sebagai kompleksitas kegiatan mental manusia. Jiwa menyadarkan manusia siapa dirinya.




James P Pratt menunjuk ada empat kemampuan dasar jiwa manusia
  • Menghasilkan kualitas penginderaan. 
  • Mampu menghasilkan makna yang berasal dari pengeinderaan khusus. 
  • Mampu memberi tanggapan tehadap hasil penginderaan. 
  • Memberi tanggapan pada proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan.

Agustinus berpendapat manusia hanya bisa melakukan penilaian tehadap tindakannya karena dorongan dari jiwa. Jiwa mendorong manusia untuk melakukan hukum-hukum moral yang diketahui. Praktek moral sehari-hari adalah tanda berfungsinya jiwa dalam diri seseorg. Kemampuan jiwa menunjukkan bahwa kegiatan manusia bukan mekanistik.






Sumber: Dr. Raja Oloan Tumanggor (Slide Filsafat Manusia: Jiwa & Badan)


1 comments:

Kevin said...

Nice postt materinya jg lengkap 95 yaa!!

Post a Comment

Read This