LATIHAN 17 Nursadhrina 705140022

Keterlambatan Bicara Pada Anak

Pengertian Berbicara  
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berbicara adalah (a) berkata, (b) bercakap, dan (c) berbahasa.
Pengertian Bahasa
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata berbahasa/ bahasa yang terkandung dalam poin C memiliki pengertian sebagai stem lambang bunyi yang arbitrer, yangg digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk  (a) bekerja sama, (b) berinteraksi, dan (c) mengidentifikasikan diri (KBBI, 2005).
Pengertian Keterlambatan Berbicara Menurut Para Ahli 
      “Berbicara dapat dikatakan terganggu, jika berbicara itu sendiri membawa perhatian yang tidak menyenangkan pada si pembicara, komunikasi itu sendiri terganggu atau menyebabkan si pembicara menjadi kesulitan untuk menempatkan diri (terlihat aneh, tidak terdengar jelas, dan tidak menyenangkan)” (Emerick, 1979).
     Sedangkan menurut Berry and Eisenson (1957) menyimpulkan gangguan kesulitan bicara sebagai: (a) tidak mudah didengar, (b) tidak langsung terdengar dengan jelas, (c) secara vocal terdengar tidak enak, (d) terdapat kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu, (e) bicara itu sendiri sulit diucapkan, (f) terdapat kekurangan dari sisi linguistic, (g) tidak sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan perkembangan fisik pembicara, dan (h) terlihat tiak menyenangkan bila ia berbicara.

Perkembangan Bicara pada Anak
     Usia 0-6 bulan. Saat lahir, bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan keinginannya. Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai dapat membuat suara-suara sseperti “aah” atau “uuh” yang dikenal dengan istilah “cooing.” Ia juga senang bereksperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, misalnya suara menyerupai berkumur. Bayi juga mulai bereaksi terhadap orang lain dengan mengeluarkan suara. Setelah usia 3 bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan suara.
     Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat berespons terhadap namanya sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing berangsur menjadi babbling, yakni mengoceh dengan suku kata tunggal, misalnya “papapapapa,” “dadadadada,” “bababababa,” “mamamamama.” Bayi juga mulai dapat mengatur nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah yang sesuai.
     Usia 6-12 bulan. Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda serta konsep-konsep dasar seperti “ya,” “tidak,” “habis.” Saat babbling, ia menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya. Ia pun dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” dan “papa” tanpa arti.
     Pada usia 9-12 bulan, ia sudah dapat mengucapkan “mama” dan “papa” (atau istilah lain yang biasa digunakan untuk ibu dan ayah atau pengasuh utama lainnya) dengan arti. Ia menengok apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana (misal “lihat itu,” “ayo sini”). Ia menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya, misalnya menunjuk, merentangkan tangan ke atas untuk minta digendong, atau melambaikan tangan (“dadah”). Ia suka membeo, menirukan kata atau bunyi yang didengarnya. Pada usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.
     Usia 12-18 bulan. Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain, dan mengikuti perintah satu langkah (“Tolong ambilkan mainan itu”). Kosakata anak bertambah dengan pesat; pada usia 15 bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, namun pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata. Pada akhir masa ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata.
  Usia 18-24 bulan. Dalam kurun waktu ini anak mengalami “ledakan bahasa.” Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata (“mama mandi,” “naik sepeda”) dan dapat mengikuti perintah dua langkah. Pada fase ini anak akan senang mendengarkan cerita. Pada usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.
     Usia 2-3 tahun. Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak telah dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah biasa menggunakan kalimat 2-3 kata – mendekati usia 3 tahun bahkan 3 kata atau lebih – dan mulai menggunakan kalimat tanya. Ia dapat menyebutkan nama dan kegunaan benda-benda yang sering ditemui, sudah mengenal warna, dan senang bernyanyi atau bersajak (misalnya “Pok Ami-Ami”).
     Usia 3-5 tahun. Anak pada usia ini tertarik mendengarkan cerita dan percakapan di sekitarnya. Ia dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis kelaminnya, serta menggunakan kalimat-kalimat panjang (>4 kata) saat berbicara. Pada usia 4 tahun, bicaranya sepenuhnya dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah dapat menceritakan dengan lancar dan cukup rinci tentang hal-hal yang dialaminya.
    
Penyebab Keterlambatan Bicara
     Keterlambatan bicara dapat disebabkan karena adanya problem dengan output bicara (problem anatomis misalnya pita suara), input bicara (pendengaran terganggu), atau karena pemrosesan bicara (retardasi mental dan gangguan perkembangan bahasa).
     Biasanya gangguan bicara dan berbahasa juga disertai kondisi tertentu seperti hypotonis: tonus otot (tegangan atau ketahanan terhadap gerakan dalam otot) lemah. Selain itu, juga gangguan integrasi sensoris, yakni kemampuan badan memproses informasi yang diterima pancaindra. Selain hypotonia dan gangguan integrasi indra sensoris, ada kondisi yang dihubungkan dengan kesulitan bicara dan berbahasa; contohnya: Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan neurobiology dengan karrakteristik kurang dapat memerhatikan, impulsive, dan hiperaktif.
     Kondisi-kondisi lain yang disertai keterlambatan bicara dan berbahasa antara lain: gangguan spectrum autistic, disability pada kognitif dan intelektual, sindroma down, dan kerusakan pendengaran. Albert Einstein adalah contoh klasik genius yang terlambat bicara, sehingga pada anak-anak cerdas yang lambat bicara disebut Einstein syndrome oleh Sowell (2011).
Dampak Keterlambatan Bicara Bagi Psikologis Anak. Pada anak yang mengalami keterlambatan bicara mereka cenderung mudah cemas dan khawatir tidak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya. Ketidakmampuan anak mengutarakan keinginan dan aspirasinya membuat anak menjadi frustrasi dan mudah marah (tantrum). Hal ini dapat juga memicu rasa frustrasi pada pihak keluarga karena mereka tidak dapat memahi keingina anak dengan baik. Orangtua dan orang-orang di sekitarnya harus selalu menebak-nebak kemauannya. Bila tidak sesuai dengan kemauan si anak, ia akan marah dan frustrasi. Sebaliknya, bila tidak marah anak akan cenderung menjadi pasif.
Cara Menguji Tanda-Tanda Kesulitan Bicara pada Anak. Agin et al. (2003: 36-37) membuat daftar pertanyaan untuk menguji adanya tanda-tanda apraxia, yang apabila mayoritas jawaban YA, maka anak terdeteksi apraxia.

  1. Lebih senang memakai satu silabel untuk semua kata, misalnya, “da” untuk mengeneralisasi daddy, brother, dog, dan book.
  1. Sering menghilangkan sebuah bunyi atau silabel, jadi bilang “wah” untuk water; distorsikan vowel, misalnya, bilang “tuck” untuk truck.
  1. Membalik bunyi atau silabel, misalnya bilang shif untuk fish atau miskate untuk mistake.
  1. Menambah bunyi ekstra atau silabel ekstra dalam kata-kata.
  1. Sulit memproduksi kata-kata dengan jumlah beberapa silabel.
  1. Membuat lebih banyak kesalahan ketika mencoba membuat pernyataan lebih panjang.
  1. Mendapatkan bahwa bicara mudah pada suatu hari, dan sulit pada lain hari.
  1. Dapat dengan benar mengucapkan kata yang sulit; tapi kesulitan di waktu lain.
  1. Bicara terlalu lambat atau terlalu cepat; atau meletakkan tidak tepat tekanan pada silabel atau kata tertentu.
  1. Menunjukka prilaku “gropping”, mencoba menemukan posisi mulut yang tepat, postur diam, atau disfluensi/stuttering.
  1. Menunjukkan gangguan bahasa ekspresif; vocabulary terbatas, kesalahan gramatika, atau syntax tidak berurutan.
  1. Hanya menggunakan kombinasi konsonan secara terbatas, hanya mengucapkan b/ p/ m/ t/ d/ h.
  1. Mengerti bahsa jauh lebih baik daripada ia mampu mengekspresikan dirinya.
  1. Memiliki tanda-tanda hypotonia (tonus otot lemah), terutama pada torso, dan/ atau hypotonia oral, ekspresi wajahh sedikit (tonus otot rongga mulut lemah, juga pipi).
  1. Menunjukkan inkoordinasi motorik kasar dan halus (dyspraxia umum, syndrome “clumsy child”).
  1. Memiliki disfungsi integrasi sensoris dan masalah mengatur diri sendiri (kesulitan menenangkan diri, misalnya).
  1. Memakai kedua tangannya (mayoritas anak menunjukkan preferensi pada satu sisi tangan-atau dominansi tangan-pada umur 2 tahun.
  1. Dari keluarga dengan sejarah problem bicara, bahasa, dan belajar.

Mengatasi Kesulitan Bicara
     Ada banyak metode speech therapy. Salah satunya yang dikemukakan oleh Agin et al. (2003: 55-57) menguraikan dengan jelas tiga metode pokok speech therapy. Pertama, metode pendekatan touch-and gestural-cueing dikenal sebagai Prompts for Restructing Oral  Muscular Phonetic Targets (PROMPT); di mana therapist memberi tekanan pada tempat tertentu di wajah, bibir, dagu, untuk membentuk fitur wajah anak ke bentuk yang memproduksi bermacam bunyi.
     Metode Speech Therapy Kedua. “Pendekatan Rhytmitic and Melodic Intonation-digunakan untuk memperlambat atau mempercepat kecepatan bicara, agar anak terbantu mengurutkan silabel dengan kombinasi bertepuk tangan, berbaris ketika tiap silabel diucaokan; atau mengajar di mana menempatkan tekanan pada sebuah kata.” Hal ini dipraktikkan dengan: bertepuk tangan ketika mengatakan urutan bunyi atau menyanyikan lagu; melambungkan bola degan berirama bersamaan dengan pengucapan silabel atau kata-kata; menyentuh gambar atau kata sembari mengatakannya; dan berjalan pada gambar jejak kaki; tiap langkah satu kata diucapkan.
      Metode Speech Therapy Ketiga. Adalah therapy oral-motor, supaya anak merasakan adanya benda di mulutnya dengan tujuan mengingatkan kesadaran sensori oral; dan dapat dilatih dengan meniup gelembung udara/ bubble, balon, peluit, terompet, menggunakan lidah untuk makan makanan bermacam tekstur dari es krim, lollipop, permen kenyal gummy bears, apel keras, buah kering, dan berondong.










Daftar Pustaka
Indriarti, E. (2011). Kesulitan bicara dan berbahasa pada anak: Terapi dan strategi orang tua. Jakarta: Perdana Media Group.
Lestari, D. (2013). Definisi pengertian gangguan kesulitan dan keterlambatan berbicara dan berbahasa. Diunduh dari: http://anakabk.wordpress.com/2013/10/28/definisi-pengertian-gangguan-kesulitan-dan-keterlambatan-berbicara-dan-berbahasa/
Pusat Bahasa Depdiknas (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (ed. 3rd). Jakarta: Balai Pustaka.
Soebadi, A. (2013, June 21) Keterlambatan bicara. Diunduh dari: http://idai.or.id/public-articles/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara.html






0 comments:

Post a Comment

Read This